Umar, seorang pegawai BUMN di Kalimantan Timur, tengah berada di Jakarta untuk keperluan dinas. Setelah menginap beberapa hari di sebuah hotel, rencananya siang itu ia hendak check-out dan menyelesaikan pembayaran tagihan.
Bill hotel sudah ditangan Umar. Tertera di sana sejumlah angka yang harus dibayar. Seperti kalkulasinya, tidak melebihi budget kantor yang ia pegang. Ia pun hendak mengeluarkan uang dari sakunya. Namun ia mundur beberapa langkah dari desk receptionist. Ia ambil posisi di sebuah kursi dalam lobby hotel yang lega. Uang 1,4 juta ia keluarkan sebesar nilai yang tertera dalam bill tersebut. Belum lagi ia bangkit dari kursinya untuk membayarkan uang tersebut kepada petugas hotel, tiba-tiba ia dihampiri oleh seseorang yang tidak ia kenal.
Pria itu berparas menarik. Pakaiannya rapi dengan semua aksesoris yang meyakinkan. Pada pembicaraan awal, pria itu dapat menawan Umar hingga ia tidak jadi berdiri dan membayarkan uang ke petugas hotel. Beberapa menit obrolan di antara mereka, pria itu menunjukkan sebuah jam Rolex Oyster Perpetual berwarna emas. Dia meyakinkan Umar bahwa ia hendak menjual jam tersebut dengan harga murah.
Awalnya Umar menyadari bahwa itu adalah modus penipuan yang marak berlaku di Jakarta. Ia menampiknya. Namun aneh, entah pengaruh hipnotis atau apa tanpa ia sadari orang itu pergi. Kini jam Rolex berwarna emas sudah ada di tangan Umar. Ia kaget mendapatinya. Bahkan yang membuat ia lebih kaget lagi adalah saat ia sadari uang sejumlah Rp 1,4 juta sudah raib! Kini sadarlah Umar bahwa ia baru saja ditipu seseorang.
"Sial…, Bagaimana aku bisa bayar hotel!!!" keluh Umar. Dalam kekalutan itu, Umar merasa malu kepada resepsionis hotel yang menunggu bayaran darinya. Sejurus kemudian Umar datang ke desk receptionist dan mengatakan bahwa ada barang yang ingin ia beli di mall dan ia titipkan luggage-nya di sana. Ia berjanji dalam beberapa saat akan kembali lagi. Umar panik, ia tidak punya uang untuk bayar hotel. Dalam kepanikan itu, ia bergumam, "Allah…, tolong bantu aku!"
Ia berpasrah diri kepada Allah. Dia sampaikan kegalauan dan kepanikannya. Maka tawakkal kepada-Nya pada waktu sulit adalah penenang jiwa ketika panik. Pelita hati dalam kegelapan hidup. Berpeganglah terus pada tali-Nya. Sungguh beruntung mereka yang bersandar hanya kepada Dia, Ash-Shamad.
Dipeganginya jam Rolex itu. Umar merasa yakin bahwa jam itu adalah palsu. Namun dugaan itu ia tepis. Ia ingin mencoba peruntungan untuk menawarkan jam tersebut ke toko-toko jam mewah yang berada di bilangan Senen, Jakarta. Setidaknya ini adalah sebuah usaha, ikhtiar yang bisa membuat hidup lebih mudah dan menjadi sebab atas datangnya pertolongan Allah SWT.
Namun yang terjadi adalah seperti dugaan Umar semula. Setiap toko jam mewah yang ia datangi, semuanya berujar bahwa jam yang dibawa Umar adalah palsu! 4 toko sudah ia sambangi, namun usahanya belum menuai hasil. Umar bertambah panik. Dalam kekalutan itu lagi-lagi Umar terus berdoa kepada-Nya sambil berkata, "Allah..., tolong aku!"
Umar lalu masuk ke plaza Atrium Senen. Ia bertanya kepada seorang petugas security dimana toko jam mewah di plaza ini. Setelah ditunjukkan, Umar pun bergegas ke sana. Sesampainya di toko yang dimaksud, Umar mendorong pintu kaca dan memberanikan diri bertanya kepada petugas toko yang ada.
"Pak, saya mau menawarkan jam Rolex ini, apakah toko ini tertarik untuk beli?" ujar Umar. Seorang pelayan toko tanpa meneliti terlebih dahulu jam yang dibawa Umar langsung berkomentar, "Wah pak.... itu mah Rolex palsu! Pasti Anda tertipu ya!" Lemas Umar mendengarnya, rupanya petugas toko jam itu sudah amat berpengalaman. Tanpa meneliti terlebih dahulu ia sungguh mengerti mana jam Rolex yang palsu dan orisinal.
Namun Umar pantang menyerah, ia datangi seorang petugas toko wanita yang ada di sana. "Mbak, saya mau nawarkan jam Rolex ini, apakah toko ini tertarik untuk membeli?" jelas Umar. Wanita yang sedang serius membuat kuitansi itu berujar tanpa menoleh, "Pak jam itu palsu, kami gak main jam-jam palsu. Di sini semuanya orisinil...!"
Mendengarnya Umar sedikit kecewa. Tiba-tiba seorang warga Afrika yang tengah duduk dan menunggu surat kwitansi berdiri dan menghampiri Umar. Rupanya ia memperhatikan kedatangan Umar sejak awal. Warga Afrika itu lalu berkomentar dengan bahasa Inggris sekenanya, "Do you wanna sell this watch, brother?" Umar menjawab “Ya”
Orang Afrika itu bertanya lagi dalam bahasa Inggris, "Berapa harga yang kau minta?" Umar kaget mendengarnya, seolah tak percaya Umar tak mampu menjawab secara spontan.
"Saudaraku, jam ini bagus. Saya sudah lama mencari jam Rolex model dan seri seperti ini. Saya mau beli berapa harga yang kamu mau?" tanya warga Afrika tersebut. Umar semakin tak percaya apa yang didengarnya. Umar kikuk menjelaskannya, sebab ia tahu bahwa jam ini bukan asli.
Namun yang lebih mengherankan lagi, pria itu mengenakan Rolex tersebut di tangannya lalu berkata kepada Umar, "See... it's very suitable for me! (tuh lihatkan..., jam ini pantes bener di tanganku!"
Karena Umar tak merespon, warga Afrika itu mengambil tindakan. Tiba-tiba ia berkata kepada petugas toko wanita tadi untuk membatalkan transaksi dan minta uangnya dikembalikan. Awalnya wanita itu mengelak sambil mengatakan bahwa ia sudah kadung buat kuitansi dan ia bakal dimarahi oleh bosnya bila ketahuan membatalkan transaksi. Namun orang Afrika itu berkata, "Cepat kembalikan uangku, toh bos kamu gak ada di toko!"
Sebab desakan orang Afrika itu, wanita itu pun mengembalikan setumpuk uang dalam pecahan 50 ribuan dengan wajah bersungut. Orang Afrika itu menerima uangnya kembali. Dua lembar uang 50 ribuan ia berikan kepada wanita di toko itu sebagai upah. Lalu pria ini mengajak Umar meninggalkan toko.
***
Jam tangan Rolex itu masih melingkar di pergelangan tangan orang Afrika. Bersamanya Umar masuk ke sebuah kantin. Mereka memesan minuman di sana dan pembicaraan pun dimulai. Orang Afrika itu masih terkagum-kagum dengan jam Rolex tersebut. Sekali lagi ia menanyakan Umar berapa harga yang diinginkan. Umar sungkan menjawabnya sebab ia tahu bahwa jam tersebut palsu.
Tak sabar menunggu jawaban Umar, pria itu mengeluarkan setumpuk uang 50 ribuan dari sakunya sambil berkata kepada Umar, "Ini uang yang aku punya, kalau kamu mau terimalah dan aku ambil jam tangan ini!" Mendengarnya Umar bersyukur kepada Allah, sebab melihat tumpukan uang itu, Umar yakin setidaknya urusan bill hotel bisa terbayar.
Umar pun mengangguk tanda setuju. Setelah Umar menerima uang yang tidak diketahui jumlahnya itu, pria Afrika pun meninggalkan tempat sebab ada urusan yang ingin dikerjakannya.
Kini Umar sendiri di meja kantin. Seolah tak percaya, ia pandangi tumpukan uang 50 ribuan tadi. Kini ia beranikan diri untuk menghitungnya. Maka terperanjat dia begitu mendapati bahwa tumpukan uang itu berjumlah 28 lembar, yang berarti Rp 1,4 juta.