Laman

Sabtu, 23 Juni 2012

Astagfirullah, Restoran Muslim di Xinjiang Jual Alkohol dan Tari Perut



ImageALHIKMAHONLINE.COM -- Tulisan itu terpampang di atas pintu masuk, al-Math’am al-Islami, restoran muslim. Nama restoran ini, A Fun Ti. Alamatnya di Jalan Houguaibang Hutong, 188, distrik Dongcheng, Kota Beijing.
Dalam website www.islamichina.com, restoran ini disebut sebagai rangking pertama dalam daftar restoran muslim terkenal di seluruh China. Restoran ini menyajikan menu ala Xinjiang, provinsi dengan penduduk mayoritas muslim di bagian paling Barat Laut (north-west) China, dekat Asia Tengah.


Sebagian rombongan MUI, Senin malam, 21 Mei 2012, memilih makan malam halal di restoran ini. Sebagian lain, diundang makan malam secara terbatas dengan pimpinan Lembaga Perdamaian Internasional China. Menjelang matahari terbenam, pukul 19.30 waktu Beijing, restoran ini makin padat pengunjung. Sebagian besar bukan pencari menu makanan halal. Tapi pengunjung asal Eropa dan Amerika Serikat yang hendak menikmati sajian dan pertunjukan eksotik restoran ini.

Bagi pengunjung bule itu, restoran ini juga menyediakan wine yang disajikan dalam gelas unik,  panjangnya 30-an cm. Sajian di restoran ini sesuai dengan penjelasan  website www.islamichina.com, bahwa sudah jadi pemandangan biasa, bahwa beberapa restoran halal di kota-kota besar China, seperti Beijing, Shanghai, Guangzhou, Shenzhen, menyediakan minuman beralkohol. “Berat bagi banyak restoran halal untuk  surive bila mereka tidak menyediakan wine, karena mayoritas pengunjung non-muslim,” tulis website www.islamichina.com.
Melihat kenyataan tersebut, Dekan Fakultas Syariah IAIN Banten, Prof. Dr. Utang Ranuwijaya, yang juga Ketua Komisi Pengkajian MUI, berkomentar pendek, “Ini melecehkan nama al-Math’am al-Islami.” Restoran ini juga memanjakan pengunjung dengan sejumlah aksi pertunjukan yang berasal dari kawasan Xinjiang. Musik, tarian, nyanyian, dan aksi pertarungan dengan pedang.

Salah satu pertunjukan andalan adalah sensasi  tari perut. Berbeda dengan penari perut Mesir yang umumnya berperut gendut, perut penari asal Xinjiang ini ramping, sintal, dan tentu saja sensual. Begitu penari perut tampil, kontan saja, Prof. Utang keluar ruangan, sambil istighfar. Langkah itu disusul H. Karnaen Perwataatmaja, salah seorang ahli ekonomi Islam. “Saya lihat di luar Pak Pakrnaen pegang tasbih sambil terus istighfar,” kata Prof. Utang.

Menurut Dr. Nadratuzzaman Hosen, mantan Direktur LPPOM MUI, yang kini menjadi Wakil Bendahara MUI, selama ini MUI menolak permintaan sertifikasi halal dari restoran yang meski makanannya halal, tapi juga menjual minuman beralkohol. Hal serupa juga disampaikan Ketua MUI bidang fatwa, KH. Dr. Ma’ruf Amin. “Harus halal semua yang dijual,” katanya. Belum tertatanya  standar dan monitor restoran halal di China bisa menjadi agenda pembahasan lanjutan antara MUI dan China Islamic Association. (mui/alhikmahonline)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar