ALHIKMAHONLINE.COM
-- Tulisan itu terpampang di atas pintu masuk, al-Math’am al-Islami,
restoran muslim. Nama restoran ini, A Fun Ti. Alamatnya di Jalan
Houguaibang Hutong, 188, distrik Dongcheng, Kota Beijing.
Dalam website
www.islamichina.com,
restoran ini disebut sebagai rangking pertama dalam daftar restoran
muslim terkenal di seluruh China. Restoran ini menyajikan menu ala
Xinjiang, provinsi dengan penduduk mayoritas muslim di bagian paling
Barat Laut (north-west) China, dekat Asia Tengah.
Sebagian
rombongan MUI, Senin malam, 21 Mei 2012, memilih makan malam halal di
restoran ini. Sebagian lain, diundang makan malam secara terbatas
dengan pimpinan Lembaga Perdamaian Internasional China. Menjelang
matahari terbenam, pukul 19.30 waktu Beijing, restoran ini makin padat
pengunjung. Sebagian besar bukan pencari menu makanan halal. Tapi
pengunjung asal Eropa dan Amerika Serikat yang hendak menikmati sajian
dan pertunjukan eksotik restoran ini.
Bagi
pengunjung bule itu, restoran ini juga menyediakan wine yang disajikan
dalam gelas unik, panjangnya 30-an cm. Sajian di restoran ini sesuai
dengan penjelasan website
www.islamichina.com,
bahwa sudah jadi pemandangan biasa, bahwa beberapa restoran halal di
kota-kota besar China, seperti Beijing, Shanghai, Guangzhou, Shenzhen,
menyediakan minuman beralkohol. “Berat bagi banyak restoran halal untuk
surive bila mereka tidak menyediakan wine, karena mayoritas pengunjung
non-muslim,” tulis website
www.islamichina.com.
Melihat
kenyataan tersebut, Dekan Fakultas Syariah IAIN Banten, Prof. Dr.
Utang Ranuwijaya, yang juga Ketua Komisi Pengkajian MUI, berkomentar
pendek, “Ini melecehkan nama al-Math’am al-Islami.” Restoran ini juga
memanjakan pengunjung dengan sejumlah aksi pertunjukan yang berasal
dari kawasan Xinjiang. Musik, tarian, nyanyian, dan aksi pertarungan
dengan pedang.
Salah
satu pertunjukan andalan adalah sensasi tari perut. Berbeda dengan
penari perut Mesir yang umumnya berperut gendut, perut penari asal
Xinjiang ini ramping, sintal, dan tentu saja sensual. Begitu penari
perut tampil, kontan saja, Prof. Utang keluar ruangan, sambil istighfar.
Langkah itu disusul H. Karnaen Perwataatmaja, salah seorang ahli
ekonomi Islam. “Saya lihat di luar Pak Pakrnaen pegang tasbih sambil
terus istighfar,” kata Prof. Utang.
Menurut Dr. Nadratuzzaman Hosen, mantan Direktur LPPOM MUI, yang kini
menjadi Wakil Bendahara MUI, selama ini MUI menolak permintaan
sertifikasi halal dari restoran yang meski makanannya halal, tapi juga
menjual minuman beralkohol. Hal serupa juga disampaikan Ketua MUI
bidang fatwa, KH. Dr. Ma’ruf Amin. “Harus halal semua yang dijual,”
katanya. Belum tertatanya standar dan monitor restoran halal di China
bisa menjadi agenda pembahasan lanjutan antara MUI dan China Islamic
Association. (mui/alhikmahonline)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar