Laman

Sabtu, 23 Juni 2012

40 Juta Untuk Orang Tua Berhaji

Allah SWT berfirman: “Dan kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada kedua orang tua.”
(Qs. Al Ankabuut : 8)

Allah SWT berfirman: “Dan kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada kedua orang tua.”
(Qs. Al Ankabuut : 8)
Siang itu saat itikaf di sebuah masjid di bilangan Jendral Sudirman Jakarta datang seorang pria bernama Mucthar (bukan nama sebenarnya). Pria ini adalah orang dari kalangan berada, dari paras dan pakaian yang dikenakannya saya dapat menyimpulkan itu.
Kami berbincang usai shalat Dzuhur di masjid tersebut. Selain kami berdua, ada teman-teman lain yang juga kala itu tengah bersama-sama melaksanakan itikaf bersama. Kami mencoba merenungi karunia apa saja yang pernah Allah SWT limpahkan selama hidup ini.
Satu per satu di antara kami mengutarakan karunia Allah yang dirasakan. Subhanallah, terkadang dalam duduk sesaat merenungi karunia Allah bersama kumpulan orang-orang yang saleh bisa membuat hidup lebih berarti dan sarat makna.
Maka satu demi satu masing-masing kami merasakan betapa Allah SWT sangat sayang kepada setiap hamba-Nya. Namun sedikit sekali dari manusia yang pandai bersyukur kepada Allah SWT.
Kini giliran Muchtar untuk bicara. Ia menyatakan bahwa sampai saat ini dia bekerja sebagai konsultan dalam bidang pertambangan.
“Tidak melulu orang yang bekerja di bidang ini selalu berlebih harta,” menurutnya. “Namun perkara lapang atau sempit, sebetulnya ada dalam hati masing-masing orang,” lanjutnya.
“Saya ingat tahun 90-an, saya punya uang sekitar Rp. 40 juta. Istri saya berencana menggunakan uang itu untuk membeli sebuah rumah di Serpong dan memang saat itu kami belum memiliki rumah. Kemudian saya usul kepada istri bahwa kedua orang tua saya dan kedua orang tuanya belum pernah berhaji. Mumpung mereka masih ada umur dan kita ada kelapangan uang 40 juta ini, kiranya berkenankah istri saya untuk mengikhlaskan uang ini untuk memberangkatkan mereka berempat ke tanah suci?” Muchtar menjelaskan awal masalah kepada kami semua.
Selanjutnya Muchtar mengutarakan bahwa malam itu setelah melewati beberapa pertimbangan ak-hirnya sang istri menuruti usulnya. Dan proses itu tidak mudah, berkali-kali istrinya berpikiran goyah, se-hingga hampir membatalkan niat untuk memberangkatkan haji keempat orang tua mereka.
Sifat dasar manusia, pelit, kadang selalu datang ketika manusia itu ditawarkan pahala keikhlasan yang tiada tara. Sifat itu akan mewujud dan tidaknya sangat bergantung bagaimana kita mengelolanya.
“Namun saya bilang kepada istri saya, bahwa ini adalah bentuk bakti kita kepada orang tua. Pastilah Allah akan bayar kebaikan ini!. Apalagi sesampainya di sana, orang tua kita akan mendoakan di tempat-tempat mustajab. Aku jamin, Allah pasti akan membalas kebaikan ini!” jelas Muchtar kepada istrinya.
Ketegaran hati pun mengkristal dan niat suci itu pun terlaksanakan. Saat itu ongkos naik haji (ONH) kira-kira Rp 7 juta-an. Ditambah biaya bimbingan dan hidup selama di tanah suci maka kira-kira uang Rp 40 juta itu adalah cukup. Maka berangkatlah keempat orang yang dicintai Muchtar dan istrinya ke tanah suci untuk berhaji.


Tidak ada yang sia-sia saat kita melakukan kebaikan. Energi kebaikan itu akan kembali kepada pemiliknya. Bahkan boleh jadi ia akan kembali menjadi besar hingga menggunung dan mengejutkan pemilik kebaikan itu. Apalagi bila kebaikan itu ditunaikan kepada orang tua yang begitu berjasa atas kehidupan kita. Bukankah Allah akan ridha bila orang tua meridhai kita?!
Hanya 3 bulan berselang dari pendaftaran haji dan penyerahan biaya haji itu. Orang tua pun belum berangkat haji ke tanah suci, namun Muchtar sudah mendapatkan balasan Ilahi.
“Saya gak sangka pak, saat itu saya menerima bonus akhir tahun dari perusahaan senilai Rp360 juta! Saya kaget dan saya  teramat bersyukur kepada Allah SWT Yang Mahapemurah. Sesampainya di rumah saya ceritakan ini kepada istri dan istri saya pun terperanjat. Akhirnya, kami merasakan betapa Allah SWT menepati janjinya.” jelas Muchtar.


Uang itu ia belikan mobil dan sebuah rumah. Ya sebuah rumah yang dibeli setelah ditangguhkan keinginan memilikinya demi berbakti kepada orang tua. Rumah itu kini lebih besar Allah berikan daripada keinginan mereka semula. Bukankah ini adalah sebuah keberuntungan? Ya, karena-nya perbanyaklah kebaikan dan berbaktilah kepada orang tua! 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar